Runtuhnya Hindia Belanda
Pada
tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang Pearl Harbour, pusat pertahanan
Amerika Serikat di Pasifik. Selama enam bulan jatuhnya Pearl Habour, Jepang
melakukan gerakan ofensif. Sejak itu pula serangan diarahkan ke Indonesia untuk
melumpuhkan pasukan Hindia Belanda. Pada bulan Januari 1942 pertempuran seru di
Laut Jawa membawa keunggulan di pihak Jepang. Dalam bulan yang sama Ambon dan
seluruh Maluku yang meskipun dipertahankan oleh 2400 pasukan Koninklijk
Nederland Indisch Leger (KNIL) dan 1000 pasukan Australia tetap tidak dapat
membendung kekuatan pasukan Jepang.
Pada tanggal 10 Januari 1942, tentara
Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur untuk menguasahi daerah
minyak bumi menyusul kemudian Balikpapan, Pontianak, Martapura, dan
Banjarmasin. Untuk menahan laju ofensif tentara Jepang yang tidak dapat dibendung
lagi tentara Hindia Belanda hanya bisa menerapkan strategi bumi hangus dengan
membakar instalasi-instalasi minyak bumi. Setelah menguasahi daerah-daerah
tambang minyak di Kalimantan gerak tentara Jepang dilanjutkan ke Sumatera. Pada
tanggal 16 Februari 1942 Palembang berhasil diduduki. Dengan didudukinya
Palembang maka peluang untuk merebut Pulau Jawa semakin terbuka lebar.
Pada
waktu itu Jawa hanya dipertahankan oleh 2500 tentara KNIL, 1500 tentara Sekutu,
5500 personel administrasi dan 6000 Angkatan Udara Kerajaan Inggris, dan masih
dibantu 3000 tentara Australia dan 500 tentara Amerika Serikat. Meskipun
tampaknya kekuatan Sekutu dalam mempertahankan pulau Jawa cukup, tetapi karena
serangan Jepang yang cepat dan menakjubkan, maka dalam sekejap saja pasukan
Sekutu dapat dilumpuhkan.
Untuk
menghadapi serbuan tentara Jepang yang ofensif ke pulau jawa dibentuklah
ABDACOM (American British Dutch Australian Command) dengan markasnya besarnya
di Lembang, dekat Bandung. Dengan dipimpin oleh Letnan Jenderal H.Ter Poorten
sebagai panglima tentara Hindia Belanda (KNIL). Pada tanggal 1 Maret 1942 di
bawah Komando Tentara ke-16 yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitosyi Imamura
Jepang berhasil mendarat di Jawa. Pendaratan tentara Jepang di pulau Jawa
dilakukan di tiga tempat, yaitu:
- Di Teluk Banten, Jawa Barat.
- Di Eretan Wetan, Pantai Utara Jawa Barat.
- Di Kragan, Jawa Tengah (dekat perabatasan Jawa Timur).
Pertempuran
di Jawa berakhir dengan kemenangan di pihak Jepang dalam waktu yang singkat,
terutama karena aksi pasukan Jepang yang mendarat di daerah Eretan, Jawa Barat
yang dalam beberapa jam saja berhasil menduduki Lapangan Udara Kalijati.
Kemenangan ini didukung oleh kekuatan invansi Jepang menunjuk-kan jumlah yang
lebih besar dari pihak Serikat. Namun kemenangan Jepang itu bukan secara fisik
saja keunggulan militer dan teknologinya tetapi dibalik itu sebenarnya terdapat
dorongan bangsa Indonesia sendiri yang sudah merasa bosan terhadap penjajahan
Belanda.
Rakyat tidak bersedia membantu Hindia Belanda yang telah banyak
menghisap darah, keringat, dan kekayaan bumi Indonesia. Maka tepatlah
pernyataan Jenderal Imamura, waktu ditanya apakah Kelemahan Belanda yang utama:
…… tidak dapat menawan hati rakyat Indonesia…..” (AH. Nasution: 75). Jepang
menggunakan pendekatan manusiawi lewat propaganda yang mampu menembus kebencian
terhadap kolonialisme pada umumnya. Pidato penguasa Jepang mengena dalam hati
bangsa Indonesia, bahwa Jepang merasa bertanggung jawab untuk membebaskan
bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda dan Indonesia akan dimasukkan
dalam Kesemakmuran Bersama Asia Timur Raya di bawah Jepang.
Oleh karena itu
Jepang mengangkat senjata untuk memerangi penjajahan dan melakukan pembebasan.
Rakyat Indonesia dengan gembira menyambut kedatangan tentara Jepang yang datang
dengan semboyan “Satu Bangsa Satu Warna”
dan ”Kemakmuran Bersama di Asia Timur
Raya”. Pemimpin-pemimpin Indonesia yang terkemuka juga menggabungkan diri
atau mengulurkan tangan kepada Jepang.
Peta Pendaratan Jepang, 1. Tarakan, 2. Balikpapan, 3. Bali, 4. Rembang, 5.
Indramayu, 6. T.Priuk, 7. Merak, 8. Palembang, 9. Singapura, 11. Kota Baru.
Pada
tanggal 7 Maret 1942, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta sudah diduduki oleh
Jepang. Pada Tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati ditandatangani penyerahan
kekuasaan dari Jenderal Ter Poorten, Panglima pasukan Hindia Belanda, kepada
Jenderal Imamura. Sejak itu pula kekuasaan Jepang secara resmi berada
diIndonesia.
0 komentar:
Post a Comment