MASA PERGERAKAN NASIONAL
Pergerakan
nasional merupakan salah satu babak baru dalam perjuangan bangsa Indonesia. Hal
ini dikarenakan pada masa itu memiliki
corak perjuangan yang berbeda dengan “warna” perjuangan yang sebelumnya. Kata
“Pergerakan Nasional” berarti gerakan bangsa itu, walaupun yang bergerak
sebagian rakyat atau sebagian kecil sekalipun asalkan apa yang menjadi tujuan
dapat menentukan nasib bangsa secara keseluruhan menuju tujuan tertentu yaitu
kemerdekaan, maka disebut pergerak-an nasional. Pergerakan Indonesia meliputi
berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi secara modern
menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu dalam perkembangannya, gerakan
yang terjadi tidak hanya bersifat radikal tetapi juga moderat. Di samping
istilah ”Pergerakan Nasional” kita juga mengenal istilah ”Perjuangan Nasional”.
Akan tetapi kata ”perjuangan” sebenarnya memiliki cakupan waktu yang lebih
luas/lama, sedangkan ”pergerakan” hanyalah meliputi kurun waktu 1908 – 1945.
Munculnya organisasi yang mengarah pada upaya mewujudkan
nasionalisme Indonesia merupakan bukti berubahnya pola pikir para tokoh pejuang
kemerdekaan dari pola perjuangan fisik
(mengangkat senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi). Hal
tersebut terwujud berkat meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian
melahirkan kelompok baru yakni kaum intelektual/golongan terpelajar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Kesadaran Nasional
1. Faktor
Intern
§ Sejarah masa
lampau yang gemilang
Sebelum
kedatangan bangsa Barat, kita sebagai bangsa telah mampu mengatur diri sendiri,
memiliki kedaulatan atas wilayah di mana kita tinggal. Kebesaran ini tentu
secara psikologis membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk
senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Namun demikian tidak berarti kita
kembali pada masa lalu, tetapi kebesaran Majapahit dan
Sriwijaya dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada awal
abad XX. Tidaklah berlebihan jika kebesaran pada masa lampau itu mendorong
semangat para tokoh pergerakan dalam upaya melepaskan diri dari penjajahan
Belanda.
·
Penderitaan rakyat akibat kolonialisme
Bangsa Indonesia
mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak kedatangan
Portugis, Belanda, Inggris, dan Perancis. Rasa benci rakyat Indonesia muncul
karena adanya jurang pemisah antara bangsa Barat dengan rakyat Bumiputra. Hal
ini karena penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam berbagai
aspek kehidupan. Dalam bidang politik terjadi keterbatasan memperoleh
kesempatan dalam bidang politik dan pemerintahan, dalam bidang ekonomi adanya
sistem monopoli, dalam bidang sosial adanya kesombongan rasial yang
ditonjolkan, dalam bidang pendidikan kurangnya sekolah dan diskriminasi dalam
memperoleh kesempatan belajar. Penderitaan yang terjadi di berbagai sektor
kehidupan ini menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan
mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para intelektual
maka angan-angan ini dapat menjadi kenyataan dalam bentuk perjuangan modern.
·
Peranan golongan terpelajar
Setelah pemilik-pemilik modal Belanda berhasil
menerapkan Politik Pintu Terbuka (Politik Drainage) maka diterapkanlah politik
etis atau dikenal juga dengan Trilogi van Deventer. Politik etis ini mencakup Edukasi,
Emigrasi dan Irigrasi.
Salah satu trilogi dari politik etis adalah edukasi, tujuan awalnya adalah
untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai rendah dan mandor-mandor atau
pelayan-pelayan yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan
tersebut, Belanda mendirikan sekolah-sekolah rakyat pribumi.
Pendidikan
kolonial bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, namun dirancang
untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga murah bagi Hindia Belanda. Salah satu kebijakan
pemerintah Hindia Belanda, kemudian banyak lembaga pendidikan berdiri. Namun
demikian ternyata perbedaan warna kulit menjadi salah satu hambatan masuk
sekolah. Sistem pendidikan juga dikembangkan disesuaikan dengan status sosial
masyarakat (Eropa, Timur Asing dan Bumiputra). Untuk kelompok bumiputra masih
diwarnai oleh status keturunan yang terdiri atas kelompok bangsawan/kaum
priyayi dan rakyat jelata.
Macam-macam pendidikan pada masa itu antara lain:
1) Pendidikan setingkat Sekolah Dasar, di antaranya:
§
ELS (Europese Lagere School), sekolah Belanda lama pendidikan 7 tahun.
§
HBS (Hollands Chinese School), Sekolah Cina, lama pendidikan 7 tahun.
§
HIS (Hollands Inlandse School), Sekolah
Hindia – Belanda, lama pendidikan 7 tahun.
2)
Pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama/Atas
di antaranya:
§
HBS (Hogere Burger School), Sekolah Menengah, lama pendidikan 5 tahun.
§
MULO (Meer Uitgebreid Ondewijs), Pendidikan Rendah Lebih Intensif, lama
pendidikan 3 – 4 tahun.
§
AMS (Algemene Middelbare School), Sekolah Menengah Umum, merupakan sekolah
lanjutan dari MULO, lama pendidikan 5 tahun.
§
KS (Kweek School),
Sekolah Guru, lama pendidikan 6 tahun.
3)
Pendidikan Tinggi di antaranya:
§
Technische Hooge School : Pendidikan Tinggi Teknik.
§
Rechts Hooge School : Sekolah Hakim Tinggi.
§
GHS (Geneeskundige Hogeschool).
§
OSVIA (Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren), Sekolah Pendidikan
Pegawai Pribumi.
§
STOVIA (School Tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen), Sekolah Kedokteran
Jawa.
Para pelopor
pergerakan nasional terdiri atas para pelajar STOVIA. Kelompok intelektual
khususnya lulusan dokter Jawa termasuk kelompok yang peka terhadap keadaan pada
saat itu, mengingat tugas yang diembannya berupa pengabdian terhadap kondisi
masyarakat Indonesia yang sangat memprihatin-kan. Di mana-mana terlihat
lingkungan yang kurang bersih sehingga menimbul-kan penyakit menular khususnya
penyakit kulit, kolera, disentri, dan penyakit endemi lainnya. Selain itu
kemampuan berkomunikasi dan intelektualitas mereka juga menjadi modal berharga
yang membuka cakrawala berfikir sehingga pada gilirannya pada diri mereka
timbul gagasan-gagasan segar, tercermin dari gagasannya dalam mengembangkan
taktik perjuangan dari gerakan yang ber-sifat fisik (perjuangan menggunakan
senjata/fisik) ke dalam organisasi modern (perjuangan diplomasi/non fisik).
2. Faktor Ekstern
Sebenarnya timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping disebab-kan oleh kondisi
dalam negeri seperti diuraikan di atas, juga ada faktor yang berasal dari luar
(faktor ekstern) yaitu:
§ Kemenangan Jepang
atas Rusia
Pada tahun 1904 – 1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, yang
keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini terjadi karena Jepang telah melakukan perubahan strategi
politik luar negerinya dari kebijaksanaan pintu tertutup menjadi pintu terbuka
dengan suatu proses yang kita kenal dengan Meiji Restorasi. Dengan demikian
Jepang mulai terbuka terhadap dunia luar, bahkan sistem pemerintahannya meniru
gaya Inggris sedangkan modernisasi angkatan perangnya meniru Jerman.
Di samping itu masyarakat Jepang memiliki semangat Bushido (jalan ksatria).
Semangat ini di samping menunjukkan kesetiaan kepada Kaisar/ tanah air/semangat
nasionalisme, sekaligus menunjukkan suatu etos kerja yang tinggi, penuh dengan
disiplin dan kerja keras. Dengan demikian kemenangan Jepang atas Rusia
memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di
Indonesia.
§ Partai Kongres
India
India adalah bangsa yang memiliki nasib sama dengan bangsa Indonesia, yaitu
sebagai sesama bangsa terjajah. Bangsa
Indonesia dijajah oleh Belanda (dalam perkembangan sejarah selanjutnya
juga pernah dijajah Inggris) sedangkan India merupakan tanah jajahan Inggris.
Perlawanan juga
terjadi terhadap Inggris yang ada di India, atas inisiatif seorang Inggris (Allan
Octavian Hume) pada tahun 1885 mendirikan Partai Kongres India. Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan: Swadesi,
Satyagraha dan Ahimsa. Ketiga elemen ini mengandung makna kemandirian,
menuntut kebenaran dengan memperjuangkan peraturan yang sesuai dengan
kepentingan bangsa India, serta melakukan suatu perjuangan tanpa kekerasan (ahimsa
dalam bahasa dilarang membunuh). Nilai-nilai yang terkandung dalam garis
per-juangan Partai Kongres India ini banyak memberikan inspirasi terhadap
perjuangan di Indonesia seperti melalui perjuangan organisasi dan Gerakan
Samin.
§ Nasionalisme di Philipina
Philipina
merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571-1898. Seperti yang
terjadi terhadap India dan Indonesia, ternyata gerakan-gerakan yang ada di Asia
ini bukan sekedar perlawanan terhadap dominasi asing, tetapi lebih merupakan
suatu revolusi politik dan moral. Demikian juga dengan akibat yang ditimbulkan,
hanyalah penderitaan terhadap bangsa yang terjajah.
Dalam
perkembangannya kemudian di Philipina muncul seorang tokoh Jose Rizal, yang
pada tahun 1892 melakukan perlawanan bawah tanah terhadap kekejaman Spanyol.
Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Philipina
dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum
mati setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Perjuangan bangsa Philipina melawan
penjajah ini merupakan salah satu contoh perlawanan terhadap dominasi asing yang kemudian juga
terjadi di negara-negara lain seperti di Mesir, Turki, dan Cina.
0 komentar:
Post a Comment