Penciptaan
Seni Rupa Murni, Aspek Konseptual Dan Visual
Penciptaan
seni rupa murni merupakan kegiatan berkarya seni lukis, seni patung, seni
grafis, seni serat, dan lain-lain, untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman kehidupan menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik.
Kepekaan artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola atau
mengorganisir elemen-elemen visual untuk mewujudkan gagasan menjadi karya
nyata.
Ø Aspek
Konseptual
1)
Penemuan
Sumber Inspirasi
Titik
tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah penemuan gagasan. Kita harus
memiliki gagasan yang jelas dalam mengekspresikan pengalaman artistik.
Sumbernya; (1) berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan spiritual
(psikologis) kita sendiri. Misalnya harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi,
gairah, kepribadian dan pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang kadangkala belum
teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata lain, gagasan seni timbul dari
kebutuhan kita sebagai manusia untuk berekspresi. (2) berasal dari realitas
eksternal, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan (tema religius), hubungan
pribadi kita dengan sesama (tema sosial: keadilan, kemiskinan, nasionalisme),
hubungan pribadi kita dengan alam (tema: lingkungan, keindahan alam) dan lain sebagainya.
2) Penetapan Interes Seni
Dalam
aktivitas penciptaan kita harus dapat menentukan interes seni kita sendiri, sehingga
dapat berkreasi secara optimal. Pada dasarnya terdapat tiga interes seni: (1) interes
pragmatis, menempatkan seni sebagai instrument pencapaian tujuan tertentu.
Misalnya tujuan nasional, moral, politik, dakwah, dan lain-lain. (2) interes
reflektif, menempatkan seni sebagai pencerminan realitas actual (fakta dan
kenyataan kehidupan) dan realitas khayali (realitas yang kita bayangkan sebagai
sesuatu yang ideal). dan (3) interes estetis, berupaya melepaskan seni dari nilai-nilai
pragmatis dan instrumentalis. Jadi interes estetis mengeksplorasi nilai-nilai
estetik secara mandiri (seni untuk seni). Dengan menetapkan interes seni, kita
akan lebih memahami tujuan kita menciptakan karya.
3) Penetapan Interes Bentuk
Untuk
mengekspresikan penghayatan nilai-nilai internal atau eksternal dengan tuntas,
kita perlu mempertimbangkan kecenderungan umum minat dan selera seni kita
sendiri. Misalnya kita dapat mencermati karya-karya yang telah kita buat selama
studi. Kecenderungan yang dapat kita pilih adalah
(1)
bentuk figuratif, yakni karya seni rupa yang menggambarkan figur yang kita kenal
sebagai objek-objek alami, manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut dan lain-lain
yang digambarkan dengan cara meniru rupa dan warna bendabenda tersebut. (2)
bentuk semi figuratif, yakni karya seni rupa yang “setengah figuratif”, masih
menggambarkan figur atau kenyataan alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah
mengalami distorsi, deformasi, stilasi, oleh perupa. Jadi bentuk tidak meniru
rupa sesungguhnya, tetapi dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk
tubuh manusia diperpanjang, atau patung dewa yang bertangan banyak, bentuk
gunung atau arsitektur yang disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis
dan artistik.
(3)
bentuk nonfiguratif, adalah karyakarya seni rupa yang sama sekali tidak
menggambarkan bentuk bentuk alamiah, jadi tanpa figur atau tanpa objek (karenanya
disebut pula seni rupa non objektif). Karyakarya seni rupa non figuratif,
jadinya merupakan susunan unsur-unsur visual yang ditata sedemikian rupa untuk menghasilkan
satu karya yang indah. Istilah lain menyebut karya seni rupa non figuratif
adalah karya seni abstrak.
Pada
umumya karya abstrak yang berhasil adalah karya yang memiliki “bentuk bermakna”.
Artinya sebuah karya seni yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis
bagi orang yang mengamatinya. Dengan kata lain karya seni yang dapat
membangkitkan perasaan yang menyenangkan, yaitu rasa keindahan.
4)
Penetapan Prinsip estetik Pada umumnya karya seni rupa murni menganut prinsip estetika
tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi cita rasa keindahan yang melekat
pada karya-karya yang pernah kita ciptakan. Pada tahap ini, kita perlu menetapkan
prinsip estetika yang paling sesuai untuk mengungkapkan pengalaman kita.
Alternatif prinsip estetika yang dapat dipilih ialah:
(1) pramodern, prinsip estetika yang memandang
seni sebagai aktivitas merepresentasi bentuk-bentuk alam, atau aktivitas pelestarian
kaidah estetik tradisional (2) modern, prinsip estetika yang memandang seni
sebagai aktivitas kreatif, yang mengutamakan aspek penemuan, orisinalitas, dan
gaya pribadi atau personality. (3) posmodern, prinsip estetika yang
memandang seni sebagai aktivitas permaianan tanda yang hiperriil dan ironik,
sifatnya eklektik (meminjam dan memadu gaya seni lama) dan menyajikannya sebagai
pencerminan budaya konsumerisme masa kini.
Ø
Aspek Visual
1) Struktur
Visual.
Untuk
mewujudkan aspek konseptual menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih
spesifik dalam subject matter, masalah pokok atau tema
seni yang akan diciptakan. Misalnya tema sosial: kemiskinan, dengan pilihan
objek “pengemis”. Tema perjuangan: dengan pilihan objek “Pangeran Diponegoro”,
tema religius: lukisan kaligrafi dengan objek “ayat tertentu”, dan lain
sebagainya. Objek-objek tersebut dapat divisualisasikan dengan berbagai cara,
pilihlah unsurunsur rupa (garis, warna, tekstur, bidang, volume, ruang), sesuai
dengan kebutuhan interes seni, interes bentuk dan prinsip estetika yang telah
ditetapkan dalam aspek konseptual.
2)
Komposisi.
Hasil
seleksi unsur-unsur rupa dikelola, ditata, dengan prinsip-prinsip tertentu,
baik terhadap setiap unsur secara tersendiri maupun dalam hubungannya dengan
bentuk atau warna. Dengan memperhatikan empat prinsip pokok komposisi, yaitu:
proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik keunikan
pribadi kita.
3)
Gaya pribadi
Dalam
penciptaan karya seni, karakteristik atau cirri khas seorang perupa merupakan faktor
bawaan, yang menandai sifat unik karya yang diciptakannya. Misalnya Raden
Saleh, Basoeki Abdullah dan S. Soedjojono, meskipun sama-sama melukis dengan
gaya realisme, karyanya akan sangat berlainan karena unsur gaya pribadi. Karya
Raden Saleh menghadirkan suasana dramatis aristokratis, karya Basoeki Abdullah
memperlihatkan idealisasi keindahan yang permai, sedangkan karya S. Soedjojono menghadirkan
suasana heroisme dan nasionalisme. Dalam aktivitas pembelajaran seni rupa, gaya
pribadi akan lebih mudah terlihat apabila kebebasan berkreasi diberikan,
sehingga karya-karya siswa dengan sendirinya memperlihatkan keberagaman gaya
seni sesuai kepribadiannya masing-masing.
Terimakasih sebelumnya, artikel yang membuka pikiran. Saya berharap ada sumber terkait artikel ini. Saya tertarik untuk membaca sumber-sumbernya, terimakasih teman
ReplyDelete