PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS
1. MAHENJODARO DAN HARAPPA
India merupakan salah
satu wilayah yang memberikan sumbangan penting terhadap perkembangan peradaban
dunia. Karena letak dan luasnya wilayah, India sering juga disebut sebagai anak
benua Asia. Di bagian Utara terletak Pegunungan Hindu Kush dan Pegunungan
Himalaya yang seakan-akan menjadi pemisah antara India dengan bagian Benua
Asia. Di antara dua pegunungan tersebut terdapat Kaybar Pass yang menghubungan
India dengan wilayah Asia yang berada di sebelah utaranya.
Jalur ini pernah
dilewati bangsa dan tokoh besar seperti Bangsa Arya, Laskar Cyrus Agung,
Iskandar Zulkarnaen, Bangsa Huna, Mahmud al Ghasni, dan Timur Lenk. Di bagian
Utara India juga terdapat sungai-sungai besar: Indus, Gangga, Yamuna, dan
Brahmaputra. Sungai-sungai tersebut memberikan kesuburan bagi wilayah di
sekitarnya yang ikut menjadi penunjang berkembangnya peradaban besar.
Peradaban Lembah Sungai
Indus, diberi nama sesuai dengan lokasi ditemukannya sisa peninggalan peradaban
tersebut. Di lembah sungai Indus ditemukan Mehenjodaro di daerah yang dinamakan
Sind. Sedangkan Harrapa ditemukan di tepi anak sungai Ravi di Punjab yang
sekarang masuk wilayah negara Pakistan.
Sampai dengan saat ini,
pengetahuan kita tentang peradaban yang berada di sepanjang Sungai Indus
berdasarkan atas penggalian yang dilakukan ahli purbakala Inggris ketika bangsa
itu menjajah India. Pada masa-masa sesudahnya memang ada sejumlah penggalian, tetapi
hasilnya tidak terlalu banyak menambah pengetahuan yang sudah ada. Dari
penggalian tersebut, para ahli telah menemukan dua pusat peradaban kuno, yang
berada di Mahenjo-Daro dan Harappa. Di dua pusat peradaban kuno yang
berjarak kurang lebih 400 mil tersebut para ahli arkeologi menemukan
peninggalan lebih dari tujuh puluh kota dan desa.
Dari hasil penggalian
diperkirakan bahwa peninggalan di Mahenjo-Daro dan Harappa usianya sejaman
dengan peradaban Lembah Sungai Nil dan Mesopotamia. Dari sejumlah besar peninggalan peradaban
Mahenjodaro dan Harappa yang sering disebut adalah keteraturan tata-kota.
Berdasarkan analisa peninggalan yang ada, para ahli menyimpulkan bahwa
Mahenjodaro dan Harappa dibangun berdasarkan perencanaan yang cermat.
Jaringan jalan di dalam
kota dibangun dalam garis lurus, lebarnya mencapai 10 meter, dilengkapi dengan
trotoar, system drainage (pengeringan), dan sanitasi dengan menggunakan
pipa-pipa terra-cotta (tanah liat yang dibakar). Jaringan drainage dan sanitasi
itu dihubungkan dengan saluran induk menuju pembuangan di sungai.
Wilayah kota dibagi
menjadi beberapa bagian atau blok yang masing-masing berbentuk bujursangkar
atau empat persegi panjang. Masing-masing blok dihubungkan dengan jaringan
jalan yang dibeberapa lokasi membentuk perempatan. Rumah dibangun dengan atap datar dan di
antaranya bertingkat. Di tempat demikian juga dibangun gedung untuk
mengendalikan pemerintahan. Menarik untuk diperhatikan, di dua kota itu tidak
ditemukan kuil tetapi memiliki pemandian umum.
Mata pencaharian utama Mahenjodaro dan
Harappan adalah usaha bidang pertanian. Pada awalnya mereka mengandalkan berkah
sungai Indus yang secara periodik banjir dan membawa lumpur yang menyuburkan di
kedua sisi sungai. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka berhasil membuat
saluran-saluran untuk mengairi lahan pertanian sampai jauh ke pedalaman. Hasil
utama usaha pertanian mereka adalah padi, gandum, gula, jelai, kapas, dan teh.
Penduduk kota tersebut memiliki perasaan seni yang tinggi, antara
lain diwujudkan berupa jimat dan hiasan yang menggambarkan harimau, gajah,
banteng, badak, kerbau, buaya dan rusa. Di samping itu juga ditemukan
patung-patung dari tanah liat yang bagus, permainan anak-anak dalam bentuk
burung, sedangkan keramik warna merah oker yang mereka buat dihiasi dengan gambar
pohon dan binatang.
Mereka juga telah berhasil membuat perhiasan yang terbuat dari emas dan
perak dan meterai yang disertai dengan
lukisan bermutu tinggi. Untuk menunjang kelangsungan hidup mereka juga membuat alat
untuk pertanian, rumah tangga dan alat perang.
Masyarakat Mahenjodaro dan Harrapa mengembangkan kepercayaan yang bersifat
polytheisme. Sebagai ungkapan terima kasih dan harapan atas kehidupan yang
dinikmati, mereka menyembah Dewi Ibu (Dewi Kesuburan), dan Dewa Bertanduk
Besar. Di samping itu, mereka juga menyembah pohon pipal (beringin), buaya, dan
gajah.
2. BANGSA ARYA
Mulai awal tahun 2000 SM bangsa Arya secara bergelombang masuk ke
India, dan mungkin merekalah yang menghancurkan Mahenjo-Daro dan Harappa
kira-kira pada tahun 1500 SM. Bangsa Arya adalah suku bangsa nomaden dari
padang rumput sekitar Laut Kaspia. Suku bangsa Arya yang pertama menetap di
dataran rendah yang diapit oleh Sungai
Gangga dan Sungai Yamuna dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Antara
kerajaan-kerajaan ini sering melakukan peperangan untuk berebut kekuasaan.
Dari sinilah awal lahirnya kisah-kisah kepahlawanan bangsa Arya yang
diabadikan dan diwariskan melalui dua buah wiracarita Ramayana dan Mahabharata.
Wiracarita ini sampai sekarang masih diakui masih mejadi sumber ilham bagi
kehidupan masyarakat India. Sifat ksatria, kejujuran, pengabdian, dan kesetiaan
diwakili oleh para tokoh Pandawa. Untuk kondisi sifat sebaliknya diwakili oleh
keluarga Kurawa.
Masa antara runtuhnya
peradaban Mahenjodaro dan Harrapa sampai dengan kedatangan bangsa Indo Arya ke
India disebut dengan Jaman Weda (2000-1000 SM). Dalam
jaman Weda ini bangsa Indo Arya telah menghasilkan karya-karya sastra
terkemuka. Di antaranya adalah Kitab Suci Weda yang seluruhnya ada empat
bagian menggunakan bahasa Sanskerta.
Reg-Weda, berisi syair pemujaan
terhadap para dewa, Sama-Weda, memuat nyanyian untuk memuja para dewa,
berikutrnya adalah Yajur-Weda yang berisi bacaan-bacaan yang diperlukan untuk
keselamatan, dan terakhir Atharwa-Weda memuat ilmu sihir untuk
menghilangkan marabahaya.
Untuk mencegah
terjadinya percampuran darah dengan penduduk asli, bangsa Arya membagi
masyarakat ke dalam empat kasta. Kasta tertinggi yang dihuni
oleh bangsa Arya sendiri adalah kasta brahmana.Hanya kasta inilah yang
boleh mengetahui dan menafsirkan kitab-kitab suci mereka, yaitu Weda.
Oleh karena dalam
kitab-kitab Weda itu diatur seluruh peri kehidupan semua kasta, maka kasta
Brahmana akhirnya kasta Brahmana menjadi kasta yang paling berpengaruh.
Sementara itu sebagian besar bangsa Arya termasuk kasta ksatria, yaitu para raja
dan prajurit. Kaum pedagang/ pengusaha termasuk kasta waisya yang umumnya bukan
bangsa Arya. Penduduk asli termasuk kasta yang paling rendah, yaitu syudra.
Kepercayaan/agama bangsa
Arya adalah agama Hindu dengan Weda sebagai kitab sucinya. Pada masa itu
segala segi kehidupan diabdikan pada kepentingan agama, termasuk ilmu
pengetahuan dan seni budaya. Seni bangun menghasilkan candi-candi yang menjadi
tempat beribadah dan pemujaan. Demikian pula seni arca dan seni lukis, misalnya
dalam bentuk para dewa dimaksudkan menjadi
mediator untuk mengabdi kepada agama.
Hal yang sama juga
berlaku bagi seni suara, seni tari, seni musik, dan biologi. Dalam upacara
keagamaan tertentu misalnya diperlukan sesaji atau pengorbanan berupa
bagian-bagian khusus dari hewan dan tumbuhan yang hanya diketahui lewat
pengetahuan biologi yang dikuasai oleh kasta Brahmana.
Agama Hindu menganut polytheisme, terutama memuja pada Dewa Brahma
(pencipta), Wisnu (pelindung/pemelihara), dan Siwa (pembinasa/penghancur). Di
samping itu mereka juga memuja kepada Dewi Saraswati (dewi kesenian), Dewi Sri
(Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Agni
(Dewa Api) dan masih banyak lagi lainnya. Sebagaimana pada umumnya agama, umat
Hindu juga memiliki tempat suci yang kemudian dijadikan sasaran kunjungan untuk
ziarah.
Di India, Benares merupakan salah satu tempat suci penting bagi umat Hindu.
Di samping itu sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci. Mereka meyakini
bahwa air sungai Gangga dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala
dosa. Begitu pula mereka meyakini bahwa abu orang yang telah meninggal dan
dibakar harus dibuang ke sungai Gangga agar arwahnya dapat masuk surga.
Pada perkembangan
selanjutnya, lahir dan berkembang agama Budha yang oleh sebagian orang
sebagai bentuk penolakan terhadap dominasi golongan Brahmana. Agama Budha
semula disebarkan oleh Sidharta Gautama putra mahkota kerajaan Kapilawastu.
Karena faktor keturunan, ia sebenarnya termasuk kasta ksatria. Karena
meyakinannya, ia meninggalkan kemewahan istana dan mencari kebahagiaan hidup
lewat samsara. Setelah melalui proses selama tujuh tahun, ia mendapat
sinar yang menerangi sanubarinya; dan sejak itu ia menjadi Sang Budha (Yang
Disinari).
Agama Budha tidak mengakui kesucian Weda dan tidak pula mengakui pembagian
kasta dalam masyarakat. Mereka memiliki kitab sucinya sendiri yaitu Tripitaka.
Budha mengajarkan delapan jalan kebenaran sebagai pedoman umat.
- Mempunyai pandangan yang benar.
- Mempunyai niat yang benar.
- Berbicara yang benar.
- Berbuat yang benar.
- Mempunyai penghidupan yang benar.
- Berusaha yang benar.
- Memperhatikan hal-hal yang benar.
- Bersemadi yang benar.
Di samping itu Budha
juga mengajarkan Tri Dharma (tiga kebaktian), yaitu berbakti kepada Sang Budha,
berbakti kepada ajaran-ajarannya, dan berbakti kepada Sanggha (jemaat
perkumpulannya).
Sangat penting adalah memperhatikan warisan peradaban Lembah Indus,
terutama yang berbentuk wiracarita. Dianggap penting karena mewariskan banyak
banyak kearifan. Wiracarita tertua adalah Ramayana yang dalam Bahasa Sanskerta
berarti nasib peruntungan Rama. Wiracarita ini seluruhn ya terdiri atas 24.000
seloka dianggap sebagai Kakawin pertama di India. Kakawin ini diperkirakan
ditulis oleh Valmiki dalam bentuk tujuh buah buku (kanda). Masing-masing buku
menceritakan hal-hal berikut.
Kanda
Pertama, menguraikan semasa Rama masih muda. Kanda Kedua, mengisahkan
kejadian-kejadian penting di Istana Ayodhya. Kanda Ketiga, memberikan
uraian tentang kehidupan Rama dan Sinta dalam hutan rimba dan tragedi ketika
Sinta dilarikan oleh Rahwana. Kanda Keempat, menguraikan
perjanjian yang dilakukan oleh Rama dengan Raja Kera Sugriwa dan tin dakan kepahlawanan yang dilakukan oleh
(kera putih) Hanoman. Kanda
Kelima, Hanoman mendapat tugas berat tetapi sekaligus mulia sebagai
duta ke negeri Alengka tempat Sinta disekap.
Bagian yang paling banyak dipentaskan di dunia pewayangan sekarang adalah
bagi dari Kanda Keenam, yang mengisahkan pertempuran besar Rama yang
ingin mengambil kembali Sinta dengan berperang melawan Rahwana. Buku yang
dianggap sebagai tambahan adalah Kanda Ketujuh yang disebut sebagai Uttarakanda
yang memberikan uraian tentang kesangsian Rama atas kesucian Sinta sampai
akhirnya ia pulang ke kahyangan.
Banyak hikmah yang diambil dari kisah Ramayama, misalnya
tentang sifat ksatria yang ditunjukkan oleh Rama, kesetiaan seorang isteri terhadap
suaminya seperti yang ditunjukkan oleh Sinta. Kisah ini juga menunjukkan sifat
manusiawi seperti yang dikisahkan dalam Uttarakanda ketika Rama menyangsikan
kesucian isterinya sendiri karena dalam waktu yang cukup lama disekap oleh
Rahwana. Ramayana juga memberikan teladan tentang pengabdian kepada tanah air
seperti yang ditunjukkan oleh Kumbakarna. Secara tidak langsung Ramayana juga
mempengaruhi perkembangan aliran kepercayaan/agama di India seperti yang
ditunjukkan oleh Ramakrishna, tokoh mistis dan pemimpin keagamaan di India.
Ia menyebarkan ajaran
yang berdasarkan pada bhakti yaitu kesetiaan yang disertai
cinta kasih dan kerendahan hati. Ajaran Ramakrishna kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh Swami Vivekananda. Ia menambhkan ajaran yang
menyatakan bahwa orang-orang Asia memiliki kebudayaan yang berdasarkan
kerohanian yang halus yang berbeda dengan watak materialistis orang Barat.
Kekuatan rohani mampu mengalahkan kebendaan dan pengabdian kepada Ibu Pertiwi
merupakan suatu keharusan.
Sementara itu Mahabharata --yang berarti perang besar yang melibatkan
keluarga Bharata—merupakan epos terbesar dalam sastra India. Berbentuk Kakawin
berbahasa Sanskerta terbagi dalam 18 buku (Asthadasaparwa). Selama 8 abad (400
SM – 400 M) syair dalam Mahabharata secara terus menerus dilakukan penambahan
dengan bahan-bahan yang ada sejak jaman purba dalam bentuk gatra, purana dan
sebagainya.
Inti cerita dari Mahabharata adalah perang perebutan kekuasaan antara
keluarga Pandawa (keturunan Pandu) melawan keturunan keluarga Kurawa (keturunan Kuru). Sementara itu Kresna
sebagai titisan Wisynu berpihak kepada
Pandawa yang disimbolkan sebagai kebenaran. Mahabharata sangat kaya dengan
ajaran-ajaran simbolis tentang filsafat hidup, kenegaraan, moksa
atau pembebasan hukum yang bersifat lahiriah, nasehat dll. Salah satu pesan
yang tersirat digambarkan pada bagian Bhagavad-Gita (Nyanyian Tuhan).
Bhagavad-Gita menguraikan percakapan antara Kresna dengan Arjuna ketika
Arjuna terlihat ragu-ragu memasuki Bharatayudha karena harus berperang
menghadapi saudaranya sendiri, yaitu Kurawa. Melihat hal tersebut, Kresna yang
sebenarnya adalah Dewa Wisnu memberikan nasehat-nasehat yang sekarang dinilai
bersifat filosofis yang dapat diteladani. Misalnya tentang Dharma (pengabdian)
yang harus dilakukan oleh seorang ksatria adalah berperang. Mereka yang gugur
akan mengalami reinkarnasi baru, seperti yang ditunjukkan oleh tokoh Bisma.
Pengaruhnya peradaban Lembah Indus terhadap perkembangan peradaban
Indoensia bisa ditemukan dalam banyak aspek. Pertama, pengaruh Hindu
dan Budha terasa dalam bidang politik yang ditunjukkan dengan berkembangnya
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Kedua, dilihat dari
bidang agama, Hindu dan Budha menjadi agama yang cukup banyak penganutnya di
Indonesia bahkan sampai sekarang. Ketiga, bahasa Sanskerta menjadi
cikal bakal bahasa Jawa Kuna, huruf palawa menjadi mengingatkan orang pada
huruf Jawa Kuna. Keempat, seni bangun candi di Indonesia banyak dipengaruhi seni
bangun di India. Stupa Borobudur, mengingatkan orang pada kuil Sanci di India. Kelima,
yang lebih penting lagi adalah pengaruh wiracarita Ramayana dan Mahabharata.
Dunia pewayangan masih merupakan bagian penting bagi kehidupan masyarakat
Indonesia, khususnya Jawa. Dunia pewayangan sampai sekarang masih memberi
banyak inspirasi bagi banyak aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment