BENTUK-BENTUK
PERLAWANAN
TERHADAP
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA
Kemiskinan, kesengsaraan,
kemelaratan, dan kebodohan serta penghinaan karena penjajahan dirasakan oleh
sebagian besar penduduk Indonesia. Hasrat untuk melepaskan diri dari penderitaan
telah tertanam di hati sanubari rakyat. Mereka menunggu seorang pemimpin yang
mampu memimpin dan menggerakkan mereka. Senjata mereka sangat sederhana. Keris,
rencong, badik, kelewang, bedil, dan meriam dalam ukuran yang kecil. Tombak dan
sumpit pun dipergunakan juga untuk melawan penjajah. Koordinasi antara daerah
satu dengan daerah yang lain belum tampak. Oleh karena itu perlawanan yang
timbul di satu daerah tidak ada hubungannya dengan perlawanan yang timbul di
daerah yang lain. Perlawanan masih bersifat kedaerahan.
Belanda berhasil memecah belah
kekuasaan raja-raja (politik devide et impera); seperti misalnya dalam
penggantian tahta, pengangkatan pejabat-pejabat birokrasi kerajaan dan campur
tangan dalam menentukan kebijaksanaan politik kerajaan.
Mesin eksploitasi Belanda makin lama
makin intensif. Banyak tenaga kerja yang terlibat untuk menggerakkan mesin
eksploitasi itu. Tenaga kerja-tenaga kerja itu adalah para petani, yang pada
umumnya petani penggarap. Mereka menggarap tanah milik para bangsawan
berkurang. Oleh karena para petani dibebani tugas mengolah sebagian besar dari
tanah garapannya untuk ditanami dengan tanaman-tanaman eksport dan diharuskan
pula melakukan kerja paksa di tempat lain. Sistem eksploitasi ini di samping
dilaksanakan di daratan, juga dilaksanakan di lautan. Misalnya di Maluku di
mana perdagangan laut merupakan sumber penghidupan dan penguasaan daerah
produksi tanaman ekspor oleh Belanda menghambat penghasilan penduduk.
Dengan situasi dan kondisi tersebut
di atas perlawanan terhadap penjajah dilaksanakan oleh bangsa Indonesia di
daerah-daerah Indonesia.
Adapun perlawanan itu antara lain
sebagai berikut:
0 komentar:
Post a Comment