Kedatangan Bangsa Eropa dan
Berdirinya VOC
Selama hampir satu abad (abad ke-16) bangsa Portugis menguasai
perdagangan antara Hindia Timur dengan Eropa. Pada waktu itu jalur pelayaran
antara Dunia Timur dengan Eropa telah beralih dari jalur pelayaran melalui Laut
Tengah ke jalur Afrika Selatan dan Atlantik. Pada waktu itu bandar Venesia dan
Genua mulai sepi, dan digantikan oleh bandar Lisboa, Antwepen, dan Amsterdam .
Lisboa menjadi bandar terbesar di Eropa yang merupakan pusat per-dagangan
barang yang berasal dari dunia Timur. Pedagang-pedagang Belanda merupakan
pedagang perantara yang membeli barang dagangan dari Lisboa dan menjualnya ke
segala penjuru Eropa. Karena pada tahun 1580, Spanyol bersatu dengan Portugis,
maka kota Lisboa juga di bawah pengaruh Spanyol-Portugis. Pada waktu itu antara
Spanyol dan Belanda terjadi peperangan yang terkenal dengan nama Perang 80
tahun (1568-1648), atau perang kemerdekaan Belanda untuk membebaskan diri dari
pemerintahan Spanyol.
Bangsa Belanda dilarang berdagang ke Lisboa, sehingga para pedagang Belanda
kehilangan mata pencahariannya. Bangsa Belanda berusaha untuk langsung
mengambil rempah-rempah dari Indonesia. Usaha pelaut Belanda di bawah pimpinan
Van Nex untuk sampai di Indonesia melalui jalur utama mengalami kegagalan. Pada
tahun 1597, seorang pelaut Belanda bernama Cornelis de Houtman, memimpin
ekspedisi pelayaran Belanda ke Indonesia. Dia adalah pelaut Belanda yang pernah
bekerja di kapal Portugis sehingga mengetahui jalur pelayaran ke Indonesia
melalui ujung selatan Afrika. Rombongan de Houtman tiba di pelabuhan Banten
pada tahun 1596. Dari Banten pelaut-pelaut Belanda itu meneruskan pelayarannya
ke arah timur Indonesia untuk mencari rempah-rempah.
Sejak pelayaran de Houtman, maka banyaklah berdiri
perusahaan-perusahaan dagang Belanda, yang masing-masing memiliki kapal
sendiri dan berlayar ke Indonesia. Hal ini menyebabkan timbulnya persaingan di
antara pedagang-pedagang Belanda tersebut. Para pedagang berusaha mendapatkan
rempah-rempah di Indonesia, untuk secepatnya memenuhi muatan kapalnya.
Akibatnya, harga pembelian rempah-rempah di Indonesia meningkat. Para petani
dan pedagang-pedagang Indonesia memperoleh untung, sedangkan di Eropa harga
rempah-rempah semakin merosot, karena makin banyak tersedia di pasaran Eropa.
Para pedagang yang datang dari Indonesia dengan muatan rempah-rempah juga
berusaha secepatnya menjual rempah-rempah di Eropa, yang menyebabkan harga
penjualan makin merosot.
Karena perasingan di antara pedagang-pedagang Belanda sendiri dan juga
persaingan menghadapi pedagang-pedagang Portugis, maka pedagang Belanda yang
didukung oleh pemerintahnya, membentuk suatu kongsi dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie,
artinya Persekutuan Dagang Hindia Timur), pada tahun 1602, yang juga lebih
dikenal dengan sebutan Kompeni Belanda.
VOC merupakan suatu badan dagang di mana pedagang-pedagang Belanda
bergabung di dalamnya. Pemerintah Belanda memberikan hak-hak Istimewa kepada VOC umpamanya:
1. Hak monopoli perdagangan dari
ujung selatan Afrika ke sebelah timur sampai ujung selatan Amerika.
2. Hak memiliki tentara sendiri
dan pengadilan sendiri.
3. Hak memiliki mata uang
sendiri.
4. Hak menguasai dan mengikat
perjanjian dengan kerajaan-kerajan lain, di daerah kekuasaan monopoli
perdagangannya.
Hak-hak istimewa yang dimiliki VOC, menyebabkan kongsi dagang ini
berkembang dengan cepat. Pedagang-pedagang Portugis dari Indonesia dapat
didesak, terutama sesudah timbul perang antara Portugis melawan kerajaan
Ternate di bawah Sultan Baabullah. Belanda juga menyiarkan agama Kristen dengan
gerakan Zending.
Sejak kompeni Belanda mulai berdagang di Nusantara, maka mereka sejak
semula memang berusaha untuk menguasai daerah rempah-rempah. Pada abad ke-17
banyak terjadi peperangan antara kerajaan-kerajaan di Indonesia melawan VOC.
Hal ini disebabkan VOC memaksakan monopoli perdagangannya. Kerajaan-kerajaan
dagang di Nusantara dari mulanya sudah terbiasa dengan perdagangan bebas.
Tahun 1641, VOC menduduki Malaka dengan mengusir
bangsa Portugis, sehingga jalan pelayaran melalui Selat Malaka dikuasai oleh
VOC. Pusat kekuasaan VOC di Indonesia mula-mula adalah Ambon, kemudian pada
tahun 1618 dipindahkan ke Jakarta, yang diubah namanya oleh Belanda menjadi
Batavia. VOC memerangi kerajaan Makassar/Gowa yang dipimpin oleh Sultan
Hasanuddin. Perang dengan Makassar terjadi karena Hasanuddin sangat menentang
tindakan monopoli VOC.
Banyak pedagang Indonesia yang berdagang ke Indonesia Timur dan tidak
menghiraukan peraturan monopoli VOC karena dilindungi kerajaan Makassar. Para
pedagang tersebut menjual dagangannya ke Makassar. Pedagang-pedagang asing
seperti Portugis, Inggris, India, dan lain-lain, bebas berdagang ke Makassar
untuk mengambil rempah-rempah, sedang pedagang-pedagang Belanda dilarang
berdagang di sana. Kompeni Belanda menganggap bahwa Makassar merupakan saingan
yang berat, sehingga mereka berusaha untuk menaklukannya. Tahun 1667, dengan
korban yang cukup besar dan dengan cara mengadu domba kerajaan Makassar dengan
kerajaan Bone, akhirnya VOC berhasil menduduki Makassar. Kerajaan Banten juga
diperangi Belanda dan berhasil didudukinya, sedang kerajaan Mataram di Jawa
Tengah dapat diperlemah, sehingga tidak mampu lagi mengusir VOC dari pulau
Jawa.
Pada abad ke-17, pedagang-pedagang Belanda (VOC) memegang peranan utama
dalam hubungan perdagangan antara Indonesia-Eropa. Rempah-rempah Indonesia yang
terkenal waktu itu, berpusat di Amsterdam untuk perdagangan Eropa. Barulah dari
Amsterdam disalurkan ke semua penjuru Eropa. Peranan Lisboa digantikan oleh
Amsterdam sebagai pusat perdagangan hasil bumi Indonesia di Eropa sejak abad
ke-17. VOC berhasil membawa keuntungan yang besar dari perdagangan dengan
Indonesia. Kerajaan Belanda menjadi makin terkenal dalam dunia perdagangan.
Sebaliknya bagi daerah Nusantara yang telah diduduki Kompeni Belanda,
hubungan dengan Belanda (VOC) membawa malapetaka, karena kebebasan berdagang di
Nusantara makin dipersulit. Bangsa Indonesia dirugikan karena terpaksa menjual
hasil pertaniannya kepada VOC dengan harga murah. Hubungan Belanda dengan
Indonesia pada zaman monopoli VOC, membawa kerugian bagi rakyat Indonesia dan
merupakan penindasan bagi bangsa Indonesia oleh bangsa Eropa.
Tujuan bangsa Belanda ke Indonesia yang pada mulanya hanya untuk
berdagang tetapi kemudian berkembang menjadi penjajahan. Satu persatu
kerajaan-kerajaan di Indonesia dapat dikuasai. Pada waktu itu persatuan
Indonesia seperti dewasa ini belum ada. Masing-masing kerajaan berjuang
sendiri-sendiri melawan kekuasaan Belanda (VOC), bahkan kadang-kadang VOC
memperalat kerajaan yang satu, untuk menaklukkan kerajaan yang lain di
Indonesia.
Kompeni Belanda adalah suatu usaha dagang, yang mengutamakan mencari
untung. Badan ini membatasi diri dalam menguasai daerah, agar
menghemat pengeluaran biaya. Sampai dibubarkannya badan ini, daerah Nusantara
yang sengaja dikuasai terutama ialah Maluku, daerah rempah-rempah dan jawa yang
tanahnya subur. Kerajaan Makassar ditaklukkan untuk mengamankan monopoli
rempah-rempah di Maluku.
0 komentar:
Post a Comment