Peranan golongan terpelajar dan pers berkaitan dengan lahirnya nasionalisme
di indonesia
1. Peranan golongan terpelajar
Nasionalisme jika dilihat dari aspek
bahasa, berasal dari kata Natie
(Belanda), atau nation (Inggris) yang
berarti bangsa. Bangsa dapat terbentuk karena
faktor budaya, ekonomi, politik, teritorial/wilayah yang memiliki kesepakat-an
bersama serta mempunyai suatu tujuan tertentu. Sebelum lahirnya pergerak-an
nasional telah ada “benih-benih” terlebih dahulu yaitu kesadaran nasional.
Kesadaran nasional sebenarnya suatu pandangan yang sangat terkait dengan soal
perasaan, kehendak untuk hidup bersama yang timbul antara sekelompok manusia
yang nasibnya sama dalam masa lampau yang mengalami penderitaan bersama.
Kesadaran nasional memiliki fungsi penting yakni suatu kesadaran yang
menempatkan pengalaman, perilaku serta tindakan individu/seseorang dalam
kerangka nasional.
Rasa kebangsaan terbentuk sejak
Kebangkitan Nasional pada tahun 1908. Perjuangan yang dilakukan bangsa
Indonesia menghadapi penjajah dipicu oleh harga diri sebagai bangsa yang ingin
merdeka di tanah airnya sendiri tanpa tekanan penjajah. Hal ini ditunjang
dengan munculnya pendidikan. Kebutuhan pendidikan telah disadari sebagai
kebutuhan yang tidak bisa ditunda dan diabai-kan lagi, kesadaran ini semakin
hari semakin meluas di Indonesia. Pendidikan pula yang akhirnya melahirkan
golongan terpelajar yang mampu membuka kesadaran bahwa penguasaan ilmu
pengetahuan merupakan bekal untuk menghadapi bangsa barat menuju kemerdekaan
yang kita cita-citakan.
Selain golongan terpelajar muncul juga
golongan sosial yang bekerja sesuai dengan bidangnya yang disebut sebagai
golongan profesional. Mereka memiliki ruang gerak sosial yang luas sehingga
mendapat kesempatan pergaul-an yang luas dengan masyarkat dari berbagai suku dan
budaya yang berlainan. Hubungan ini pada akhirnya tidak terbatas pada hubungan
kerja, keluarga, namun juga menciptakan hubungan sosial yang harmonis, sehingga
lambat laun muncul integritas nasional.
2. Peranan Pers
Pada masa kolonial mulai tahun 1744 mulai
muncul pers di antaranya:
a. Bataaviaasch Nouvelles di Batavia
(Jakarta)
b. Bataviassche Courant
c. Bataviassche Handelsblad
d. Soerabajasche Courant di Surabaya
e. Semarangsche Advertentieblad di Semarang
Kemudian sejak tahun 1850 bermunculan pers di
berbagai daerah, seperti:
a. Bintang Timoer di Surabaya
b. Tjahaja Mulia di Surabaya
c. Retnodhumilah di Yogyakarta
d. Sinar Djawa di Semarang
e. Sinar Hindia di Semarang
f. Tjahaja Siang di Manado
g. Panghantar di Ambon
h. Matahari di Makasar
i. Bianglala, Bintang Barat, Dini Hari, Sinar
Terang, Bintang Betawi, Neratja dan Bintang Johar di Jakarta
Pers pada masa itu merupakan sarana komunikasi
yang sangat penting dalam menyebarluaskan suara organisasi. Hal ini dikarenakan
para pimpinan dan redaksi pers adalah tokoh-tokoh pergerakan sehingga mereka
menggunakan pers untuk menyuarakan cita-cita perjuangan yakni Indonesia
merdeka. Tokoh-tokoh pers pada masa itu antara lain:
a. Moh. Hatta dan tokoh Perhimpunan Indonesia
mendirikan majalah Hindia Poetra yang
kemudian diganti menjadi Indonesia
Merdeka
b. Dr. Wahidin Sudirohusodo redaktur Retnodhumilah
c. Moh. Samin redaktur Benih Merdeka di Medan 1916
d. Abdul Muis dan H. Agus Salim pemimpin
surat kabar Neratja
e. Mohammad Yamin redaktur surat kabar Kebangoenan
f. T.A. Sabariah memimpin surat kabar Perempuan bergerak di Medan 1919
g. Perada Harahap memimpin surat kabar
mingguan Sinar Merdeka di Padang 1919
Oleh karena itu tidak mengherankan jika
Belanda seringkali mengadakan pem-berangusan/pembubaran surat kabar karena
dianggap telah mengecam dan membahayakan sistem kolonial yang sedang
berlangsung.
0 komentar:
Post a Comment